General characteristics
Crew: 1
Length: 62 ft 1 in (18.90 m)
Wingspan: 44 ft 6 in (13.56 m)
Height: 16 ft 8 in (5.08 m)
Wing area: 840 ft² (78.04 m²)
Airfoil: NACA 64A?05.92 root, NACA 64A?04.29 tip
Empty weight: 43,430 lb (19,700 kg)
Loaded weight: 64,460 lb (29,300 kg)
Max takeoff weight: 83,500 lb (38,000 kg)
Powerplant: 2 × Pratt & Whitney F119-PW-100 Pitch Thrust vectoring turbofans
Dry thrust: 23,500 lb[231] (104 kN) each
Thrust with afterburner: 35,000 lb (156 kN) each
Fuel capacity: 18,000 lb (8,200 kg) internally, or 26,000 lb (11,900 kg) with two external fuel tanks.
Performance
Maximum speed:
At altitude: Mach 2.25 (1,500 mph, 2,410 km/h)
Supercruise: Mach 1.82 (1,220 mph, 1,963 km/h)
Range: >1,600 nmi (1,840 mi, 2,960 km) with 2 external fuel tanks
Combat radius: 410 nmi (471 mi, 759 km)
Ferry range: 2,000 mil (1,738 nmil, 3,219 km)
Service ceiling: 65,000 ft (19,812 m)
Wing loading: 77 lb/ft² (375 kg/m²)
Thrust/weight: 1.08 (1.26 with loaded weight & 50% fuel)
Maximum design g-load: -3.0/+9.0 g
Armament
Guns: 1× 20 mm (0.787 in) M61A2 Vulcan 6-barreled gatling cannon in starboard wing root, 480 rounds
Air to air loadout:
6× AIM-120 AMRAAM
2× AIM-9 Sidewinder
Air to ground loadout:
2× AIM-120 AMRAAM and
2× AIM-9 Sidewinder for self-protection, and one of the following:
2× 1,000 lb (450 kg) JDAM or
8× 250 lb (110 kg) GBU-39 Small Diameter Bombs
Hardpoints: 4× under-wing pylon stations can be fitted to carry 600 US gallon drop tanks or weapons, each with a capacity of 5,000 lb (2,268 kg).
Avionics
RWR (Radar warning receiver): 250 nmi (463 km) or more
Radar: 125–150 miles (200–240 km) against 1 m2 (11 sq ft) targets (estimated range)
Chemring MJU-39/40 flares for protection against IR missiles.
F-22 Cockpit
F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet. Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan. Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat. Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.
Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detil lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk. Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa. Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar, ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.